Nestapa di Tenda Pengungsi Bencana Cianjur


CIANJUR, NEWSLETTERJABAR.COM--

Gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitudo, Senin  21 November 2022 meluluhlantakkan beberapa daerah Kabupaten Cianjur; berbagai macam sarana prasarana di setiap titik lokasi yang terdampak hancur parah.


Kerusakan, mulai dari infrastruktur, gedung perkantoran, perumahan warga, dan lainnya terjadi di berbagai daerah terdampak gempa.


Gempa bumi kali ini juga menelan korban jiwa sebanyak 331 orang.


Akibat dari gempa tersebut banyak warga yang mengalami trauma berat dan memilih mencari tempat aman guna menghindari adanya gempa susulan. Mereka beserta keluarga mendirikan tenda darurat secara swadaya untuk tinggal sementara.



Sehubungan kondsisi tersebut, bantuan pun, mulai dari instansi, swasta, perkumpulan, ormas, dan lainnya datang silih berganti, termasuk salah satunya dari Serdadu Eks Tri Matra yang berada di bawah Komando Ruslan Buton dan Forum Purnawirawan Pejuang Indonesia ( FPPI ) di bawah Komando Kol. Purn. Sugeng Waras.


Selaku Panglima Serdadu Eks Tri Matra, Ruslan Buton  turun ke lapangan untuk melihat kondisi warga yang terdampak secara langsung.


Menurut Buton, banyak bantuan logistik yang datang dari berbagai pihak namun sangat disayangkan pendistribusiannya tidak merata.


"Secara umum bantuan logistik hanya tersalurkan ke posko posko strategis dan mudah dijangkau. Akan tetapi tidak demikian dengan nasib warga terdampak yang jauh dari akses jalan alias daerah terpencil yang tidak tersentuh bantuan secara maksimal," ujar Buton.


Dicontohkan Buton, di tenda  pengungsian yang berada di Kampung Golendang RT 03/RW 03 Desa Sukatani Kecamatan Pacet.


"Di sana terdapat 3 tenda utama, namun ada satu tenda yang sangat tidak layak karena menampung beberapa warga, juga difungsikan sebagai dapur umum," jelas Buton.


Buton pun menyampaikan rasa sedih saat ada 2 orang wanita yang sedang mengiris kol sebagai sayur untuk makan malam para pengungsi.


"Saat ditanya, kedua wanita tersebut dengan kompak menjelaskan bahwa sayur kol yang mereka iris itu untuk makan malam secara bersama sama," ungkap Buton.


Hal tersebut bagi Buton sangat memilukan; dan ternyata mereka hanya makan sekali dalam sehari yakni makan malam saja.


"Begitu menyayat hati mendengar pengakuan kedua wanita tersebut ketika menjawab pertanyaan kami terkait bantuan apa saja yang telah mereka dapatkan. Ternyata mereka sangat jarang mendapat bantuan. Ini terbukti dari tidak ditemukannya logistik di pintu masuk tenda seperti beras, indomie, aqua, dan lainnya sebagaimana kita sering melihat di tenda tenda pengungsi yang mudah dijangkau," tutur Buton.


Kondisi berikutnya yang terpantau Buton, keadaan tenda yang diisi sangat padat.


"Di situ ditemukan 4 orang yang sedang sakit dan belum tersentuh layanan kesehatan dari tim medis atau dari petugas kesehatan baik dari Puskesmas, Rumah Sakit terdekat maupun Tim Relawan kesehatan," kata Buton.


Buton pun merinci, ke 4 orang tersebut adalah Didin yang mengalami penyedotan cairan perut; Ooy yang mengalami struk; Ibu Fatimah yang mengalami kebocoran usus; dan Okay yang mengalami sesak nafas.


"Di luar tenda itu ada seorang warga yang juga sakit keras, yakni ibu Idah yang mengalami struk berat  pasca gempa. Ibu Idah tidak bisa bergabung di tenda pengungsi karna jarak dari rumah cukup jauh sementara ibu Idah tidak mampu berjalan sendiri sehingga oleh keluarganya dibuatkan tenda khusus di depan rumah yang merupakan  komplek pemakaman keluarga," papar Buton.


Diceritakan, bila malam tiba Idah digotong keluar untuk istrahat untuk pengamanan bila terjadi gempa susulan.


Dikatakan Buton, semula Tim Eks Tri Matra akan mendistribusikan logistik secara langsung di tiga titik lokasi berdasarkan data yang telah dihimpun sebelumnya. Akan tetapi karena pertimbangan kemanusiaan maka diputuskan untuk menurunkan logistik secara keseluruhan di kampung tersebut untuk dibagikan secara merata.


"Sehari setelah kami tinggalkan, tepatnya Selasa 29 November 2022 kami mendengar kabar duka dari salah satu koordinator lapangan warga setempat atas nama Saudara Fajur bahwa salah satu di antara mereka yang sakit atas nama Ibu Okay yang mengalami sesak nafas meninggal dunia," sebut Buton.


Diakui Buton, selaku Ketua Tim Misi Kemanusiaan, mendengar berita itu Ruslan Buton tak kuasa menahan haru. Sore itu ia memutuskan untuk melayat.


"Saat tiba ternyata alm ibu Okay sedang dalam proses pemakaman pukul 18.45 WIB. Kami merasakan rasa penyesalan dan rasa berdosa. Andai waktu bisa diputar kembali, pasti ibu Okay akan dirujuk ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan serius," ungkap Buton.


Diakui Buton, pemikiran untuk membawanya ke RS terdekat sempat terlintas namun karena keterbatasan kendaraan dan jumlah pasien yang begitu banyak, niat itu urung.


"Semoga cerita ini menjadi bahan evaluasi bersama agar semua unsur bersinergi dalam setiap penanganan bencana alam, baik pemerintah mulai dari RT, RW, Kades/Lurah, Camat, Bupati, Gubernur, maupun Dinas Kesehatan, RS, Puskesmas, relawan kesehatan, BNPB, Basarnas, serta seluruh unsur terkait membangun jaring komunikasi yang baik sehingga warga terdampak yang jauh dan terpencil pun mendapatkan perhatian yang sama dan merata," pungkas Ruslan Buton. (*)


Dilaporkan oleh Nia eRBe 


Keterangan Foto Utama: 

Ruslan Buton menitipkan sedikit rezeki kepada ibu Okay (sudah meninggal)




)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koperasi MBSB Buka Kantor Cabang Perwakilan di Pangatikan dan Cibatu

Relawan SIAP NDan Ucapkan Selamat dan Sukses Atas Ditunjuknya Dandan Maju Calon Walikota Bandung

Nasib Pilkada Garut 2024 dalam Situasi Integritas KPUD Dipertanyakan Publik