Air Mata
Oleh Idat Mustari*)
NEWSLETTERJABAR.COM-- MENANGIS adalah kodrat manusia, tak ada seorang pun manusia yang tidak pernah menangis, semua orang pasti pernah menangis. Kita bisa menangis hanya karena sebuah cerita sinetron atau film. Kita bisa menangis saat melayat jenazah teman atau saudara. Bahkan kita pun tak kuasa menahan air mata pada peristiwa bahagia, seperti perkawinan.
Menangis bukan hanya terjadi pada manusia biasa, seperti kita. Bahkan Nabi saw pun menangis pada saat putranya Ibrahim menghembuskan nafasnya yang terakhir. Abdurrahman Bin Auf kaget dan berkata, “Engkau juga menangis, Wahai Rasul”. Nabi saw. menjawab, “Air mata berlinang, hati terkoyak, namun kami tidak akan berkata kecuali yang diridhai oleh Allah SWT”. Wahai anakku Ibrahim, sungguh kami sedih atas perpisahan ini.”
Rasulullah Saw dan Para sahabat Nabi juga sering menangis saat membaca Alquran dan ketika sedang salat. Bahkan, ketika Nabi saw. sedang sakit dan menyuruh Abu Bakar ra. menjadi imam orang-orang tidak mendengar bacaan salatnya karena menangis. Dan Umar ra. pun sering menangis jika mendengar ayat siksaan Alquran, dan tampak dua buah garis melintas karena sering dialiri oleh air matanya. Air mata Rasulullah dan para Sahabatnya disebut air mata Rahmat.
Menangis adalah bahasa komunikasi. Saat seseorang menangis ketika ditinggal kematian orangtuanya, itu disebut air mata kesedihan. seseorang menangis saat hadir di wisuda anaknya, itu disebut air mata kebahagiaan.
Saat seseorang menangis untuk menipu orang lain, itu disebut air mata buaya. Anggota parlemen menangis saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengetok kenaikan harga BBM karena merasa teriris hatinya melihat kemiskinan di Indonesia, yang salah satunya disebabkan karena naiknya harga BBM, tetapi tidak menangis saat Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai dari Pertalite, Solar, dan Pertamax, itu disebut air mata politisi.
Dan aku pun menangis ketika mendengar pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), itu disebut air mata kebingungan. Sedangkan orang kecil, yang tak jelas kerjaannya hanya kerja serabutan, terpaksa, setuju atau tidak setuju harus membeli bahan bakar minyak (BBM) Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, itu disebut air mata keterpaksaan. Tangisanku dan orang-orang kecil menangis tanpa air mata. (*)
*Pemerhati Sosial, Agama dan Advokat
Komentar
Posting Komentar