Kopi adalah Minuman Para Wali Allah

 


Oleh H Derajat


NEWSLETTERJABAR.COM--

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ


Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.


_“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.


Sahabatku yang dikasihi Allah, artikel ini aku tuliskan untuk lebih menegaskan kepada sahabat-sahabatku peminum kopi sejati yaitu _Mas Agung Budi Maryoto, Mas Eko Budi Sampurno, Mas Supardi, Mas Yogaswara dan Mas Budi Setiawan_ yang setiap bertemu beliau pasti saya disiapkan minum kopi yang sangat luar biasa nikmatnya.


Para pakar kesehatan dunia menyatakan kopi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Minum kopi dikaitkan dengan resiko kematian yang lebih rendah karena penyakit jantung, kanker, stroke, diabetes, serta penyakit pernapasan dan ginjal.


Bagi para ulama sufi, kopi ternyata memiliki filosofi. Tak hanya menyehatkan bagi tubuh, kopi juga disebut sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah.


Dikutip dari Pustaka Ilmu Sunni salafiyah-KTB, *Imam Najmuddin al-Ghazziy* Seorang pakar sejarah mencatatkan dalam kitab al-Kawâkib as-Sâirah bi A’yân al-Miah al-‘Âsyirah bahwa :


_“Orang yang pertama kali menjadikan kebiasaan minum kopi sebagai minuman berkhasiat adalah syekh Abi Bakr Bin Abdullah Al-Aydrus, Beliau membuat racikan kopi dari buah pohon Bun.”


Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad al-Husainy al-Hadhramy dari marga Al-‘Aydrus (1070 H-1113 H) mengatakan dalam kitabnya Înâsush Shafwah bi Anfâsil Qahwah:


_“Biji kopi baru ditemukan pada akhir abad VIII H di Yaman oleh penemu kopi Mukha, Imam Abul Hasan Ali asy-Syadziliy bin Umar bin Ibrahim bin Abi Hudaimah Muhammad bin Abdullah bin al-Faqih Muhammad Disa’in (nasabnya bersambung hingga kepada seorang sahabat bernama Khalid bin Asad bin Abil Ish bin Umayyah al-Akbar bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay).


Dalam penemuan biji kopi, Imam Abul Hasan asy-Syadziliy mendahului Imam Abu Bakr al-‘Aydrus. Sehingga Imam Abul Hasan adalah penemu biji kopi, sedangkan Imam Abu Bakr Al-‘Aydrus adalah penyebar kopi di berbagai tempat.


Imam Abu Bakr Al-‘Aydrus kemudian menggubah syair:


_“Wahai orang-orang yang asyik dalam cinta sejati dengan-Nya, kopi membantuku mengusir kantuk. Dengan pertolongan Allah, kopi menggiatkanku taat beribadah kepada-Nya di kala orang-orang sedang terlelap.”


Filosofi Qahwah


Qahwah (kopi), menurut Ahli Sufi terdiri dari kata-kata:


– *‘Qâf’* adalah qût (makanan),
– *‘’* adalah hudâ (petunjuk),
– *‘Wâwu’* adalah wud (cinta),
– dan *‘’* adalah hiyâm (pengusir kantuk).


_“Janganlah kau mencelaku karena aku minum kopi, sebab kopi adalah minuman para junjungan yang mulia.”


*Syeikh Abu Bakr bin Abdullah al-‘Aydrus* berkata tentang kopi yang digemarinya:


_“Wahai qahwatul bunn (kopi)! Huruf ‘qâf‘ di awalmu adalah quds (kesucian), huruf kedua ‘hâ‘ adalah hudâ (petunjuk), dan huruf ketigamu adalah ‘wâwu‘. Huruf keempatmu adalah ‘hâ‘, berikutnya ‘alif‘ adalah ulfah (keakraban), ‘lâm‘ sesudahnya adalah lutfh (belas kasih dari Allah). ‘Bâ‘ adalah basth (kelapangan), dan ‘nûn‘ adalah nûr (cahaya). Oh, kopi, kau laksana purnama yang menerangi cakrawala.”


Disebutkan dalam kitab Al-Înâs bahwa huruf ‘bâ’ dan ‘nûn‘ pada kata bunn (kopi), masing-masing berarti bidâyah (permulaan) dan nihâyah (akhir/puncak), yakni mengantarkan seseorang dari awal langkah hingga akhir/sampai sukses.


Imam Ibnu Hajar Al-Haitami, ulama besar ahli fikih dan tasawwuf menulis tentang kopi sebagai berikut:


ثُمَّ اعْلَمْ أَيُّهَا الْقَلْبُ الْمَكْرُوْبُ أَنَّ هَذِهِ الْقَهْوَةَ قَدْ جَعَلَهَا أَهْلُ الصَّفَاءِ، مُجَلَّبَةً لِلْأَسْرَارِ مُذَهَّبَةً لِلْأَكْدَارِ، وَقَدْ اِخْتَلَفَ فِي حِلِّهَا أَوَّلًا وَحَاصِلٌ مَا رَجَّحَهُ ابْنُ حَجَرٍ فِي شَرْحِ الْعُبَابِ بَعْدَ اَنْ ذُكِرَ أَنَّهَا حَدَثَتْ فِي أَوَّلِ قَرْنِ الْعَاشِرِ، إِنَّ لِلْوَسَائِلِ حُكْمُ الْمَقَاصِدِ، فَمَهْمَا طُبِخَتْ لِلْخَيْرِ كَانَتْ مِنْهُ وَبِالْعَكْسِ، فَافْهَمِ الْأَصْلَ .


_“Lalu ketahuilah duhai hati yang gelisah, bahwa kopi ini telah dijadikan oleh Ahlu Shafâ (orang orang yang bersih hatinya) sebagai pengundang akan datangnya rahasia (cahaya) Tuhan dan sebagai penghapus kesusahan, padahal pada awalnya para ulama berbeda pendapat akan kehalalannya, walhasil apa yang ditarjih oleh Ibnu Hajar dalam kitab Syarhul ‘Ubâb setelah disebutkan bahwa asal usul kopi di awal Abad Sepuluh Hijriyah berdasarkan Qaidah (Ushul) “Sesungguhnya pada perantara menjadi hukum  tujuannya”, selama kopi ini dimasak untuk kebaikan maka ia akan mendapat kebaikannya, begitu juga sebaliknya, maka fahamilah asalnya”.


*Mursyid kami, Abah Guru Sekumpul* adalah sapaan akrab bagi *KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari* telah mengutip Mursyid pendahulunya tentang kopi.


Beliau pernah mengijazahkan makalah *Al-Imam Al-Quthub Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-‘Atthas* yang berangkat dari sumber kitab As-Shûfiyatu fil-Mîzân.


Guru Sekumpul menukil keterangan dari gurunya Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-‘Atthas, Beliau berkata:


_*“Sayyid Ahmad bin Ali-Qadimi* bertemu dengan Rasulullah SAW dalam keadaan terjaga *(yaqadzhatan).* Lalu beliau berkata: “Wahai Rasulullah.. aku ingin mendengarkan sebuah hadits darimu langsung, dengan tanpa perantara”. Rasulullah SAW menjawab: “Aku mengajarkan kepadamu tiga hadits”,


*Pertama:* selagi aroma kopi masih melekat pada bibir atau mulut manusia, maka para malaikat akan selalu beristighfar (memintakan ampun) kepadanya.


*Kedua:* siapa yang mengambil (membawa) *tasbihnya* untuk berdzikir, maka ditetapkan baginya termasuk orang yang banyak berdzikir (ahli dzikr), dia gunakan berdzikir atau tidak melakukan dzikir.


*Ketiga:* siapa yang berkumpul atau semajelis dengan waliyullah (kekasih Allah), baik dalam keadaan hidup atau sudah wafat, maka dia bagaikan menghamba kepada Allah hingga bumi terbelah-belah (diampuni dosanya dan ditulis beribadah dari lahir sampai mati).


Dan lagi berkata *Al-Imam Al-Quthb Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-‘Atthas (Qaddasallâhu sirrah):


_“Sungguh semua tempat yang tidak dihuni manusia akan dihuni bangsa jin, dan tempat yang dipakai buat ngopi tidak akan dihuni oleh bangsa jin, bahkan tidak akan didekati oleh mereka.”


_“Apalagi waktu mau minum kopi disediakan di majelis ilmu, lalu berniat (berdo’a apa yang dipinta), in syâ Allâh, cepat dikabulkan,”_ Ujar Abah Guru Sekumpul.


*Tata Cara Meminum Kopi*


Kalam *Al-Imam Al-Quthbul Akwan:


– Sebelum minum kopi, hadiahkan dulu bacaan Surat Al-Fatihah kepada Syekh Abu Bakar bin Salim, karena beliaulah yang pertama kali membawa kopi dan menanamnya di Indonesia hingga bisa dinikmati sampai sekarang, hingga jasa beliau sangat besar untuk para pecinta kopi serbuk khususnya.


– Baca niat dalam hati: _“Sengajaku minum kopi mengambil berkat Syekh Abu Bakar bin Salim karena Allah Ta’ala”.


Kemudian daripada itu berkatalah Mursyid kami yang mulia tersebut bahwa Rasulullah SAW mengijazahkan do’a:


اللّٰهُمَّ اجْعَلْهَا نُوْرًا لِبَصَرِيْ وَعَافِيَةً لِبَدَنِيْ وَشِفَآءً لِقَلْبِيْ وَدَوَآءً لِكُلِّ دَآءٍ، يَا قَوِيُّ يَا مَتِينُ ۞


Allãhumma ij’al-hã nûran libasharî wa ‘ãfiyatan libadanî wa syifã-an liqalbî wa dawã-an likulli dã-in, yã qawiyyu yã matîn


*“Ya Allah, jadikanlah kopi ini sebagai cahaya bagi mataku, kesehatan bagi badanku, penyembuh bagi hatiku, dan sebagai obat untuk segala penyakit wahai Dzat Yang Maha Kuat”.


Kemudian Rasulullah berkata: _“Setelah membaca doa itu, hendaknya kau baca Bismillah dan minumlah kopi tersebut”._ Lalu Baginda Rasulullah SAW juga menyebutkan keutamaan membaca doa di atas:


إِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَسْتَغْفِرُ لَكَ مَا دَامَ طَعْمُ الْقَهْوَةِ فِي فَمِكَ ۞


Innal malãikata tastaghfiru laka mã dãma tha’mal qahwati fî famika


“Sesungguhnya malaikat akan memohonkan ampunan kepada Allah untukmu selama bau kopi masih semerbak pada mulutmu”


Wallâhu A’lamu bish-Shawâb. (*)


Source :
https://pasulukanlokagandasasmita.com/mari-pahami-kopi-sebagai-minuman-para-wali-allah/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PKL Juara dan Gabungan Ormas se-Kota Bandung Satu Tekad, Bergema Dukung Dandan-Arif

Nasib Pilkada Garut 2024 dalam Situasi Integritas KPUD Dipertanyakan Publik

Relawan Kujang Dewa Ucapkan Selamat dan Sukses, Dedi-Erwan Memimpin Jawa Barat