Pasukan Anti Hoax dan Buzzer yang Digagas MUI DKI Jakarta patut Didukung
NEWSLETTERJABAR.COM-- Ide dan gagasan MUI (Majelis Ulama Indonesia) DKI Jakarta meluncurkan Mujahid Cyber untuk melawan hoax dan buzzer patut didukung agar budaya dalam memanfaatkan media sosial di Indonesia dapat lebih baik dan beradab. Setidaknya bisa bisa lebih santun dan beretika serta bermoral hingga tidak menggradasi harkat dan martabat sesama manusia, baik untuk diri sendiri apalagi buat orang lain.
Janji MUI DKI Jakarta untuk menjadi garda terdepan melawan hoax dan.para buzzer adalah pekerjaan yang mulia. Karenanya atas dasar itu perlu didukung, minimal buat diri kira sendiri untuk sepenuhnya ikut berupaya untuk tidak melalulan hoax dan mau menghambakan diri menjadi buzzer yang akan sabgat merugikan orang lain.
Peluncuran Mujahid Cyber ini pada acara halal bi halal dan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) MUI di Jakarta pada akhir bulan Mei 2022 lalu. Adapun tugas utama Mujahid Cyber, kara Ketua MUI DKI Jakarta, KH. Munahar Muchtar akan membela semua tokoh yang ada di Jakarta, termaduk Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan.
Jika memang diperlukan, Mujahid Cyber MUI DKI Jakarta siap melakukan kerjasama untuk mensupport seluruh warga yang memerlukan bantuan dari Mujahid Cyber.
Ide dan gagasan MUI DKI Jakarta, sungguh bagus dan mulia untuk menegakkan hak dan kemerdekaan pribadi setiap warga, namun hendaknya area hoax dan buzzer itu tidak dibatasi pada sosok tokoh atau warga DKI Jakarta, namun bisa lebih luas pada oentebaran hoax dan buzzer itu sendiri yang bergentayangan di media apapun bentuk dan jenis kelaminnya dalam wilayah yang mampu terpantau dari Jakarta.
Sebab visa saja pelaku hoax dan buzzer itu bermain dari wilayah atau kawasan lain yang berada di luar Jakarta, namun dampaknya dapat memporak porandakan kenyamanan dan ketenteraman warga Jakarta. Lagi pula sifat peperangan yang mebggunajan media cyber tidak bisa lagi dibatasi dalam bentuk jarak, waktu atau obyek tertentu saja. Karena dalam etika perang yang masih konvensional saja, titik sasaran dapat dilancarkan secara membabi buta.
Oleh katena itu, pasukan Mujahid Cyber sendiri harus lebih tangguh, jenius, terampil dan mumpuni dalam mengusai perangkat serta persyaratan dasar dari penggunaan Media Cyber itu sendiri sebagai alat berperang. Karena mulai dari teknik atau cara penggunaan alat, hingga tata cara dan etika menggunakannya, tentu saja harus lebih tangguh dari kemampuan dan kekuatan yang dimiliki para pelaku hoax dan para buzzer yang umumnya mendapat support dalam berbagai macam fasilitas dari penggunanya yang biasanya memiliki dana tidak terbatas.
Setidaknya para Mujahid Cyber yang ideal itu minimal telah memiliki pengetahuan dasar tentang seluk beluk dari cara kerja kaum jurnalis. Sehingga pemahaman tentang kode etik jurnalistik yang bisa juga dijadikan perangkap untuk menghabisi para Mujahid Cyber yang kita idolakan jangan sampai menimbulkan masalah lain. Begitu juga mengenai pamahaman terhadap beragam jenis tulisan --berita atau opini -- idealnya sudah bisa dengan gampang dan cepat diketahui, untuk kemudian ditimpali atau diserang balik hingga mereka yang melakukan hoax itu mati kutu, tak lagi bisa berkutik atau berulah.
Pada akhirnya memang, kemampuan dan ketangguhan para Mujahid Cyber yang dapat diandalkan itu, juga tergantung pada sarana dan prasarana atau fasilitas yang tersedia. Bila perlu dibekali juga dengan media online yang kuat dan tangguh. Sebab jumlah simpati serta dukungan untuk ide dan gagasan yang mulia ini, pasti akan lebih marak mendapat sambutan dari banyak orang yang mengharap media sosial bisa lebih bantak memberi manfaat, bukan untuk ajang tempat menghujat atau membunuh karater orang lain. (*)
Banten, 7 Mei 2022
Komentar
Posting Komentar