Kapolri Ajak Wisata dan Bersepeda: 'Saya Suka tapi tak Punya'
Oleh Jacob Ereste
NEWSLETTERJABAR.COM-- Olahraga dan wisata bersepeda bagus juga untuk digalakkan. Tapi untuk menjawab ajakan Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo sebagai alternatif untuk mengatasi harga bahan bakar minyak (BBM) yang naik, tidaklah terlalu signifikan, apalagi hendak menjawab tekanan biaya hidup yang makin terasa mencekik rakyat pada umumnya.
Olah raga dan wisata bersepeda itu sekedar hobby pilihan umumnya orang kaya yang tidak terlalu merasakan himpitan dari harga BBM yang melambung tinggi itu. Sebab untuk menjadikan sepeda sebagai alternatif untuk melakukan kegiatan atau aktivitas ke kantor atau ketempat kerja seperti yang dikatakan Jendral Listyo Sigit Prabowo, agaknya tak mungkin bisa dilakukan.
Bisa dibayangkan -- atau bahkan ditanyakan -- pada seorang eselon 3 misalnya dari Departemen Pertahanan atau Departemen Keuangan yang harus menggenjot sepedanya dari Komplek Hankam atau mereka yang tinggal di perumahan Dirjen Moneter Luar Negeri yang bermukim di perbatasan Tangerang Selatan, apa mungkin mau menggoes sepeda yang paling mahal dan enak itu untuk berangkat ke kantor ?
Jadi agak naib berharap banyak pada budaya bersepeda dapat menekan dampak dari kenaikan harga minyak yang neranyak melonjak, sebagai cermin dari tidak mampunya pemerintah untuk menjaga stabilitas harga seperti minyak goreng yang kini harus menjadi pekerjaan khusus seorang Menteri setingkat Koordinator. Artinya, pekerjaan itu bukanlah soal biasa yang dapat ditangani suatu Kementerian yang membidangi soal harga dan distribusi minyak goreng yang jadi mainan para mavia migor itu.
Jadi gairah untuk meningkatkan wisata dan gemar olah raga bersepeda itu bagus, sebatas therapi agar tidak stress serta upaya untuk menjaga kesehatan utama untuk mereka yang sudah berusia pensiun, agar nyeri sendi dan nafas pendek dapat dirawat jika pun tak bisa dipulihkan.
Jadi wisata dan olah raga dengan sepeda itu cuma sebatas hobby orang kaya belaka yang tidak bisa diharap untuk melawan hentakan kenaikan harga BBM yang ikut membetot hidup rakyat semakin susah untuk membayar biaya hidup yang semakin mahal.
Lagian, kalau pun harus bersepeda dari wilayah Jakarta Utara untuk berkantor di Jakarta Pusat, umpamanya, apa memang jalurnya sudah tersedia semua dengan baik dan aman serta nyaman ?
Untuk seorang Pegawai Negeri Sipil maupun Militer dan Polri yang tinggal di kawasan Tangerang, Bogor atau wilayah Bekasi misalnya, jika bersepeda dapat dipastikan setiba di kantor orang yang bersangkutan itu sudah gempor, tak lagi bisa mengerjakan apa-apa.
Mungkin uji coba untuk menggalakkan wisara dan olah raga bersepeda bisa dilakukan pada seluruh anggota Polri sedang sedang berugas di lapangan, umpamanya. Jadi bisalah terlebih dahulu Pilri sendiri yang memberi contoh untuk giat menggunakan sepeda saat berangkat dari rumah hingga waktu bertugas di lapangan.
Uji coba seperti yang dulu pernah dilakukan pihak petugas kepolisian ini seingat penulis pernah diterapkan pada beberapa tahun silam di berbagai kota, utamanya Jakarta.
Artinya, kalau uji coba seperti itu benar, sekarang hasilnya toh tidak bisa berlanjut. Padahal, yang lebih ideal dan mengena untuk bersepeda dalam melaksanakan tugasnya adalah pihak kepolisian. Alasan pertama, tentu saja agar lebih sehat, kedua biar ngirit dana operasional. Ketika, biar dana operasional dapat bersisa dibawa pulang, menjadi rizki yang halal. Keempat dan kelima dan seterusnya, bisa ikut mengurangi jatah BBM agar terus neranyak melonjak.
Kecuali itu, untuk rakyat jelata seperti penulis misanya, untuk memiliki sepeda seperti yang pernah dibawa Sri Mulyani dari luar negeri itu, bukan saja suatu kemewahan dan keistimewaan, tapi terbilang mimpi yang sulit diwujudkan. Lha wong sepeda ontel yang ada saja terpaksa dijual, cuma sekedar untuk mencukupi kebutuhan pokok yang terus melonjak seperti gula dan telor hingga terigu dan kebutuhan lainnya.
Inti pokoknya, ahakan Kapolri berwisata dan berolah raga sepeda saya suka. Masalahnya sepedanya tak punya. Karena harganya bagi kami sebagai rakyat kebanyakan tak hanya mewah, tapi cukup mahal. Lagian, selama ada pembagian sepeda dari Presiden Joko Widodo, belum pernah mendapat pembagian. Padahal, kami pun ingin sehat. (*)
Banten, 30 Mei 2022
Komentar
Posting Komentar