Aku Pasrahkan kepada-Mu ya Allah
Oleh F Gullen
NEWSLETTERJABAR.COM-- Sesungguhnya Allah Swt. telah menciptakan segala ciptaan-Nya, dan sekaligus telah menetapkan dalam garis takdir-Nya yang tertulis dalam sebuah kitab di Lauh al-Mahfuzh, termasuk juga segala perbuatan manusia, baik maupun buruknya. Seperti telah disebutkan di dalam firman-Nya Swt. berikut ini:
"Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu," (QS Al-Shâffât [37]: 96).
Rasulullah Saw. juga pernah bersabda: "Sesungguhnya Allah yang Maha Mulia telah menciptakan manusia dan segala perbuatan-Nya".
Artinya, apa saja yang dilakukan oleh manusia, seperti mengukir batu alam, maka pencipta dan segala perbuatannya hanyalah bersumber dari sisi Allah Swt. semata. Dia memberi kalian kepandaian dan kemampuan untuk berpikir serta berbuat sesuatu yang baik. Dia pula yang menjadikan kalian mampu berpikir, sehingga kalian dapat mengekspresikan apa yang kalian pikirkan itu ke dalam bentuk amalan.
Jadi, hanya Allah Swt. yang menciptakan kalian dan seluruh perbuatan kalian.
Kalau begitu, bagaimanakah giliran kehendak kita, dan sampai di manakah fungsi kehendak kita itu?
Perlu diketahui di sini bahwa kehendak seseorang akan sangat kecil fungsinya, meskipun sangat luas dan sangat dalam pandangannya. Akan tetapi, pandangan dimaksud tidak dapat menembus atau mengetahui apa yang berada di balik alam semesta ini. Alhasil, kemauan manusia tidak akan mampu mewujudkan seluruh yang menjadi kehendaknya. Dengan kata lain, segala yang dikehendaki manusia harus mendapat persetujuan dari sisi Allah Swt. terlebih dahulu; kalau tidak, maka kehendak manusia itu tidak akan terwujud sedikit pun. Meski sedemikian kecilnya peranan kehendak manusia, akan tetapi kemurahan Allah SWT sebagai Dzat Yang Segalanya Mahaluas lagi Mahabesar.
Jadi, pencipta utama atas segala sesuatu hanyalah Allah Swt.. Al-Qur’an, Al-Sunnah dan sanubari manusia yang sehat telah menyaksikan betapa besarnya peranan kehendak Allah untuk terwujudnya segala sesuatu. Oleh karena itu, _Rasulullah Saw. dan seluruh umat beliau harus selalu berharap hanya kepada Allah Swt., semoga Dia menetapkan segala kebaikan bagi kita sesuai dengan kehendak-Nya, bukan yang sesaui dengan kehendak manusia._ Dan untuk lebih jelasnya masalah ini, kiranya perlu kami sebutkan sebuah do’a berikut ini. Diriwayatkan dalam sebuah hadis, bahwa Rasulullah Saw. pernah mengajarkan kepada umat beliau do’a berikut ini,
"Allahumma innî astakhîruka bi’ilmika, wa astaqdiruka biqudratika, wa as-aluka min fadhlikal ‘azhîm, fa innaka taqdiru wa lâ aqdiru, wa ta’lamu wa lâ a’lamu, wa anta ‘allâmu; ghuyûb. Allâhumma in kunta ta’lamu anna hâdzâl amri khairun lî, fî dînî wa ma’asyî wa ‘âqibati amrî, au qâla: ‘âjili amrî wa ajilihi faqdurhu lî wa yassirhu lî tsumma bârik lî fîhi, wa in kunta ta’lamu anna hâdzâl amri syarrun lî, fî dînî wa ma’âsyî wa ‘âqibati amrî, au ‘âjili amrî wa ajilihi, fashrifhu ‘annî washrifnî ‘anhu, waqdurliyal khaira haitsu kâna, tsumma radhdhinî bihi."
_"Ya Allah, aku memohon petunjuk-Mu dengan ilmu-Mu, aku mohon kekuasaan-Mu dengan ke-Maha Kuasaan-Mu, dan aku memohon karunia-Mu yang sangat agung. Karena Engkau Mahakuasa, sedang aku tidak dapat berbuat apa pun, Engkau Maha Mengetahui dan aku tidak mengetahui apa pun. Dan Engkau Maha Mengetahui segala sesuatu yang baik. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa masalah ini lebih baik bagiku dalam urusan agamaku, kehidupanku, dan dampak dari urusanku di waktu cepat maupun lambat, maka takdirkanlah bagiku, serta berilah kemudahan bagiku untuk mendapatkannya, kemudian berilah berkah bagiku di dalamnya. Akan tetapi, jika Engkau mengetahui bahwa masalah ini akan berakibat buruk bagiku dalam urusan agamaku, kehidupanku, dan dampak dari urusanku di waktu yang cepat maupun lambat, maka jauhkanlah masalah ini dariku, serta jauhkanlah aku darinya. Kemudian takdirkan bagiku mana yang terbaik, bagaimana pun caranya. Kemudian berilah kepuasan pada diriku dengannya."_
Makna dari do’a Rasulullah Saw. di atas adalah, beliau mengajarkan kepada kita semua bagian dari hikmah di balik takdir, bahwa tidak seorang pun dapat mencapai kebaikan atau mencegah keburukan, kecuali hanya dengan pertolongan Allah Swt.
Kiranya hanya dengan pertolongan Allah Swt. saja seorang hamba dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan keburukan. Juga hanya dengan pertolongan Allah Swt. saja seorang hamba dapat mencapai kebaikan dan kebahagiaan. Sebab, permasalahan keduanya hanya berada pada sisi Allah Swt. yang berwenang memegang kekuasaan atas keduanya, dan tidak seorang pun dapat mendatangkan kebaikan bagi dirinya atau menjauhkan keburukan dari dirinya, tanpa bantuan dari sisi Allah. Sebab, yang berwenang tentang keduanya hanyalah Allah Swt. semata. (*)
Komentar
Posting Komentar