Tradisi 'Nganteuran' Zaman Dulu, begini Kata Idat Mustari
NEWSLETTERJABAR.COM-- Dulu waktu kecil, menjelang atau —mendekati saat Idul Fitri disebut juga Munggahan Lebaran, biasa disuruh kedua orangtua untuk mengantarkan makanan dalam wadah rantang bersusun yang berisikan lauk pauk ke saudara dan tetangga terdekat.
Hal itu disampaikan seorang pengamat sosial dan keagamaan sekaligus seorang advokat asal Kabupaten Bandung, Idat Mustari, dalam sebuah artikel yang betajuk Kolom Sahur Ramadhan 1443, diterima redaksi, Sabtu (23/04/2022)
"Kebiasaan tersebut disebut tradisi nganteuran," jelas Idat Mustari.
Idat juga menambahkan, dalam Tradisi Nganteuran, setelah satu pihak mengirimkan paket makanan yang diwadahi rantang bersusun tersebut, tak jarang wadah rantang tadi ketika kembali akan diisi lagi oleh menu makanan yang sama.
"Bahkan biasanya diisi makanan dengan nilai yang lebih tinggi," ujar Idat.
Dipaparkan Idat, tradisi tersebut mengandung nuansa filosifi yang begitu dalam.
"Begitu mulia sebagai wujud dari ajaran hakikat puasa, yakni ada makna silaturahmi, gotong royong, saling membantu, saling mengasihi, dan saling berbagi rejeki antar sesama," beber pria yang rajin menulis tentang keagamaan ini.
Sejauh itu, dalam nada menyayangkan, Idat menyebutkan, tradisi tersebut kini telah hilang.
"Namun tradisi di kampung ini telah hilang dan mungkin tak dikenal bagi anak-anak millenial," ungkap dia.
Atau mungkin, lanjut dia, tradisi tersebut telah berubah menjadi Bukber (Buka Bersama).
"Wallahu'alam," kata dia.
Terlepas dari itu semua, menurut Idat, dirinya berharap, pelaksanaan puasa 1443 dapat meningkatkan perbaikan akhlak.
"Kita berharap puasa tahun ini memperbagus akhlak, menjadi penyemangat niat untuk jadi insan yang bermanfaat," harap dia.
Terakhir Idat mengemukakan pendapat seorang alim, ahli fiqih yang hidup di zaman sahabat (tabiin), Hasan Bashiri RA.
"Beliau berkata: 'Orang sebelum kalian itu berpuasa, jika ia memasuki saat berbuka, ia menemui beberapa saudaranya," kutip Idat.
Dilanjutkan Idat, orang itu berkata:
“Hari ini aku berpuasa karena Allah dan jika Allah menerimanya aku ingin engkau mendapat bagian darinya. Maka berikanlah sedikit makan malammu.”
"Kemudian orang lain itu memberinya sekedar air dan kurma untuk berbuka karena mengharapkan pahala, meski orang yang berpuasa itu tidak membutuhkannya."
"Selamat Sahur. Selamat beribadah puasa yang ke 21. Semoga berkah, sehat selalu, bahagia selalu, panjang umur dan diluaskan rezekinya," do'a Idat Mustari memungkas tulisannya. (*)
Editor Toni G
Foto: raihanarasyid.gurusiana.id
Komentar
Posting Komentar