Dialog Ramadan di Katedral Ideal Dilakukan juga di Gereja, di Klenteng, terlasuk di Vihara


Oleh Jacob Ereste

NEWSLETTERJABAR.COM-- Dialog Ramadan 2022 bersama tokoh lintas agama dan penghayat kepercayaan dengan tema Mewujudkan Sikap Toleransi dalam Meningkatkan Keimanan Persaudaraan Sejati di Katedral Jakarta, Rabu 20 April 2022 telah melahirkan gagasan dialog lanjutan untuk membangun kerukunan serta sikap toleransi antara umat beragama di Indonesia yang masih terkesan rentan.


Bagaimana pun, upaya Keuskupan  Agung Jakarta memelopori dialog lintas agama pada momen Ramadan merupakan langkah maju yang tidak hanya patut diapresiasi dengan baik oleh semua pihak -- utamanya pemerintah untuk membangun kerukunan hidup beragama di Indonesia, tapi juga perlu ditindak lanjuti dengan pertemuan serupa oleh pihak Gereja, Klenteng maupun Vihara seperti yang sudah sering dilakukan Vihara binaan Banthe Damma Subbho, di Pondok Labu, Jakarta Selatan.


Karena itu, hingga menjelang akhir Ramadan, pertanyaan untuk acara dialog dan buka puasa bersama sempat menjadi pertenyaan rekan-rekan wartawan yang sudah terlanjur rutin meliput acara serupa.


Acara dialog Ramadan pada Rabu, 20 April 2022 di Katedral Jakarta, sempat   dihadiri Plt. Dirjen Binmas Agama Departemen Agama RI.


Dalam tausiah singkatnya, Dirjen mengurai ikhwal keberagaman dalam keagamaan  yang perlu selalu dijaga bersama oleh seluruh umat demi dan untuk persaudaraan sejati warga bangsa Indonesia yang memang majemuk.


Prof. DR. Dede Rusyada mengutif pendapat Gus Dur bahwa dengan memuliakan sesama manusia itu artinya juga memuliakan Sang Pencipta. Sebab dengan sikap menghargai sesama pemeluk agama lain, itu artinya kita menghargai agama yang kita sendiri.  Apalagi kemudian antar umat beragama bisa melakukan kerjasama dalam perbedaan agama maupun dalam hal yang lain.


Menurut Profesor Dede Rusyada, sikap toleransi itu merupakan bagian dari iman. Karena itu dengan semakin meningkatnya pemahaman terhadap toleransi, maka keimanan seseorang pun akan semakin meningkat juga ketaqwaannya.


Sebab iman yang sejati itu, menurut Profesor Dede Rusyada akan selalu terlihat dalam semua perbuatan yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan.


Sedangkan Ignatius Kardinal Suharyo Pr mengungkapkan upaya keuskupan untuk membangun tolerensi umat beragama dengan pemerintah telah dijadikan fokus kegiatan Umat Khatolik ke depan, tandasnya.


Dari pihak penanggap sempat diungkap tentang krisis kebangsaan bagi warga bangsa Indonesia. Karena itu, Eko Sriyanto Galgendu menpalinya dengan upaya menekankan pada inti dari sikap toleransi antar umat beragama harus berada dalam bingkai ikatan kebangsaan. Sehingga dalam setiap pertemuan pun idealnya dibuat semacam seruan bersama  untuk memberi pahaman serta kesadaran bagi warga masyarakat.


Sebab pergesekan  yang tajam itu ada di dalam masyarakat, bukan pada tararan pemuka atau pemimpin umat dari masing-masing agama.


Oleh karena itu masalah toleransi umat beragama sesungguhnya yang terpenting adalah pada lapisan masyarakat bawah, bukan pada level tokoh atau pemimpin agama.


Dalam perspektif Islam, semua umat manusia itu adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan mulia. Karena itu, sikap untuk memuliakan manusia itu pada hakekatnya adalah memuliakan Tuhan Yang Maha Pencipta.


Upaya untuk membangun sikap toleransi antara umat beragama di Indonesia dapat ditempuh dengan mengadakan acara serupa yang tidak hanya dikakukan di Katedral, tapi juga sangat bagus dibuat acara dialog ramadhan di Gereja, atau di Klenteng dan Vihara. Sebab hanya dengan begitu dialog  kemanusiaan dapat berlangsung dari hati ke hati.


Tampak hadir sejumlah tokoh dan pemuka agama maupun dari penghayat kepercayaan yang ada di Indonesia. (*)


Jakarta, 20 April 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Pilkada Garut 2024 dalam Situasi Integritas KPUD Dipertanyakan Publik

Relawan Kujang Dewa Ucapkan Selamat dan Sukses, Dedi-Erwan Memimpin Jawa Barat

PKL Juara dan Gabungan Ormas se-Kota Bandung Satu Tekad, Bergema Dukung Dandan-Arif