Ustazah dan Poligami
Oleh Idat Mustari*
NEWSLETTERJABAR.COM-- Seorang ustazah di sebuah Majlis Ta’lim yang jamaahnya ibu-ibu menyampaikan materi yang berkaitan dengan poligami. Menurutnya Poligami boleh dilakukan bahkan dalam kondisi tertentu bisa berubah menjadi keharusan. Begitupun seorang istri yang merelakan suaminya bermadu maka balasan bagi istri tersebut adalah surga.
Tentu saja suasana pengajian terasa hening, bahkan ada beberapa jamaah saling berbisik, “Kaya iyah ustazah ihklas di madu!”
Belum selesai ustazah menyampaikan materinya, salah seorang jamaahnya mengacungkan jarinya untuk bertanya:
“Jadi ustazah serius menyetujui poligami? “
"Ya, saya sangat setuju dengan poligami. Dan saya setuju para suami menikah lagi," jawab Ustazah kalem.
Mendengar jawaban ustazah itu wajah para jamaah mengekpesikan kekagumannya.
Kemudian ustazah itu melanjukan perkataannya:
"Yang terpenting adalah..."
Para Jamaah pun spontan meresponnya sambil berucap:
"Yang penting harus adil, betul kan bu Ustad?"
Kemudian Ustadzah menunduk dan berkata:
”Yang terpenting bukan suami saya”.
Langsung saja para jamaah tertawa.
“hihihi kirain mah.”
Di kesempatan dan di Majlis Ta’lim lainnya ibu Ustazah itu menyampaikan materi yang sama yakni tentang poligami.
”Dari pada suami ibu-ibu terjerumus ke dalam dosa, lebih baik ijinkan mereka untuk menikah lagi. Mungkin ini berat, tetapi pahala yang akan Ibu dapatkan atas kerelaan ini sangatlah besar seperti yang saya sampaikan di awal”.
Salah seorang ibu jamaah mengacungkan jari ingin bertanya.
“Silahkan ibu," kata ustazah.
"Terimakasih Ustazah".
Ibu itu memulai bicara.
“Hari ini hati saya jadi sangat senang sekali dan mulai tenang setelah mendengar apa yang barusan Ustazah sampaikan".
“Emangnya kenapa Ibu?” tanya ustazah.
“Begini Bu ustaz dari dulu saya bingung bagaimana caranya memberitahu ke Ustazah.”
“Syukurlah kalo emang apa yang saya sampaikan bisa bermanfaat buat Ibu.” sahut Ustazah.
“Tapi setelah mendengar ceramah ustazah barusan, saya mulai bisa
memberanikan diri untuk memberitahu Ustazah,"
"Bahwa, eehmmm.... Sebelumnya saya mohon maaf kalo sampai sekarang belum bisa memberitahu Ustazah," sambung si ibu yang bertanya tadi.
“Beritahu saya aja, karena kebahagiaan Ibu, Insyaallah jadi kebahagiaan saya juga," saran Ustazah.
“Baiklah ustadzah, bahwa sebenarnya dalam 2 tahun ini, saya sudah menjadi istri kedua dari Suami Ustazah," Jawab Ibu itu.
Mendengar cerita Ibu itu, Ustazah seketika pingsan. Ternyata ustazah sendiri belum siap menerima kenyataan jika hal itu menimpa dirinya.
Tidak lama kemudian Ustazah siuman, kemudian diberi minum oleh madunya sambil diajak istighfar… Setelah istighfar dan tenang, akhirnya Ustazah berkata kepada madunya.
“Maafkan saya adinda, ternyata hati ini tidak sekuat batu, tapi sekarang saya sudah paham dan harus ikhlas menerimanya.”
Sambil berpelukan, ustazah berkata: “Kita harus menjadi istri-istri yang sholehah.”
Kemudian ustazah berdiri menggandeng madunya dan melanjutkan ceramah nya dengan mengatakan ini salah satu contoh istri-istri yang sabar lillahi ta’ala. Sontak para jama’ah terharu. Salah seorang ibu muda yang cantik menangis terseguk kemudian berdiri mengacungkan tangan.
“Ya silahkan ibu.., apa yg mau ditanyakan….?”, tanya ustadzah.
Si ibu ini dengan air mata bercucuran berkata:
“Ya ustazah, saya tidak tahu apakah saya ini menangis sedih atau bahagia melihat ustazah dan madunya kompak… Saya tidak tahu apakah saya bisa kuat karena ternyata saya adalah istri ketiganya suami ustazah".
Tiba-tiba gubrak ustadzah pingsan lagi disusul madunya.
Tidak lama kemudian Ustazah dan madunya siuman, terus dikasih minum sambil diajak istighfar. Setelah istighfar dan tenang, akhirnya Ustazah berkata:
“Maafkan saya adinda-adinda.., ternyata hati ini tidak sekuat batu.., tapi sekarang saya sudah faham dan harus ikhlas menerimanya.”
Setelah merasa tenang dan kuat, kemudian ustazah berdiri menggandeng madu-madunya dan melanjutkan ceramahnya dengan mengatakan ini salah satu contoh istri-istri yang sabar lillahi ta’ala. Sontak para jama’ah terharu.
Tiba-tiba seorang ibu muda yang cantik lainnya kemudian berdiri mengacungkan tangan.
Tiba-tiba gubraaak ustazah pingsan lagi (padahal ibu itu belum bertanya).
Sambil menunggu ustazah siuman, acara tetap dilanjutkan, salah seorang panitia bertanya:
“Ya silakan ibu, apa yg mau ditanyakan barangkali saya bisa menjawab.”
Ibu itu sambil menahan sesuatu berkata:
"Maaf pak toiletnya sebelah mana ya, saya kebelet mau pipis.”
Tentu ini hanya cerita lucu-lucuan dengan harapan bisa membuat anda tersenyum meskipun harus tertutup masker. Namun adapun pesan moral yang ingin saya sampaikan bahwa tak mudah berpoligami itu sehebat apapun istri anda, namun jika sekarang istri anda ihklas dimadu maka itu adalah anugerah. Hihihi. (*)
*Pemerhati Sosial,Agama dan Advokat
Komentar
Posting Komentar