False Flag Terorisme


Oleh Kundrat Kanda Permana


NEWSLETTERJABAR.COM-- Pasca berakhirnya perang dingin, dengan bubarnya Uni Soviet,  Amerika sudah merasa Menang dan menjadi Negara Super Power tanpa pesaing. Namun walau begitu tetap saja Amerika mewaspadai ancaman lainyya yang bisa mengancam eksistensinya sebagai pengatur Dunia, Ancaman itu adalah kelompok muslim, karena dilihat dari kekuatan dan potensi untuk berkembang Islam lah satu2nya penghambat kapitalisme global yang dikomandoi Amerika.


Tapi karena gerakan perlawanan itu lebih bersifat ideologis, maka pilihan Amerika ialah memerangi Islam dengan menjatuhkan citra Islam Sebagai kekiatan politik agar tidak berkembang menjadi lebih besar lagi.


Maka perang neo cortex pun dimulai, Amerika mendanai beberapa gerakan radikalis di berbagai negara2 penduduk Muslim, ( terakhir adalah ISIS) dengan itu dia punya alasan yang kuat untuk memulai kampanya memerangi terorisme yang pasti akan selalu dikaitkan dengan Islam.


Maka setelah itu hadirlah teror bom dimana-mana, lalu Amerika tampil sebagai pemimpin gerakan anti teror tersebut. Bukan hanya di timur tengah, di negri ini pun aksi terorisme dengan bom nya semakin subur, dan sudah pasti media pemberitaan di belahan dunia langsung menyebarkan itu dengan begitu cepat.


Banyaknya kasus terorisme itu bukan hanya melibatkan perhatian aparat keamanan, tapi juga semua kalangan ikut latah, sampai akademisi pun mencoba membuat analisa yang makin melebar.
Bahkan bukan hanya akademisi, bahkan para kyai dan ormas pun ikut nimbrung yang lucunya mereka terbawa juga dalam permainan Amerika.


Tak sedikit yang berkesimpulan bahwa penyebab banyaknya aksi terorisme ialah karena didasarkan oleh pemahaman Islam yang radikal, bahkan ada yang mengait2kan dengan pemikiran tokoh, organisasi, atau madzhab tertentu. Sebut sajalah wahabi, Ikhwanul Muslimin, bahkan terakhir HTI.


Tentunya itu adalah analisa yang dangkal dan salah kaprah. Kenapa demikian, karena Wahabi, sudah lama masuk Indonesia bahkan sebelum kemerdekaan RI, tapi kenapa terorisme baru muncul di  tahun 2000an? Pertanyaan itu tentu harus bida dicarikan jawabnya agar kita bisa objektif mendudukan perkara ini srbagai mana mestinya.


Pertanyaan kedua, kenapa Teroris pada aksinya selalu menargetkan gereja, apa hubunganya wahabi dengan gereja?. Setiap musuh utama penjahat itu ialah mereka yang selalu menghalangi aksinya, bagi pencuri, musuh utama itu satpam, petugas ronda, dan polisi. Maka untuk apa pencuri membenci orang lain yang tak ada hubunganya dengan kelancaran pekerjaan mereka.


Pertanyaan serupa, kenapa teroris mengebom greja, apakah gereja orang yang selalu menghalangi aksinya,? Apakah gereja adalah musuh itama teroris? Tentu bukan, sama sekali tak ada alasan yang kuat bagi teroris untuk memusuhi gereja.


Kembali ke Amerika. Setelah Donald Trump terpilih jadi presiden AS, dia mengatakan, "kini Amerika tak akan lagi fokus melawan terorisme". 


Apa arti dari pernyataan tersebut? 

Artinya amerika sudah tidak lagi menjadikan teorisme sebagai "tool of war' nya, maka benar saja, di masa trum jadi presiden AS, dengan lebih fokus pada perang dagang dengan china, aksi terorisme pun hilang di negri ini, karena memang, si embah biangnya teroris tak lagi membiayai operasi intlegen untuk  terorisme.


Jadi sudah Jelas terorisme diciptakan oleh Amerika untuk menhancurkan citra Islam, dan kita tau kalo Sang Adidaya bermain, dengan segala kehebatan intlegen dan anggaran yang besar, ditambah penguasaan media besar dunia, barang pun pasti jadi.



Jadi terlalu naif jika kita sibuk mencari kambing hitam dengan menjuk pemikiran, kitab dan aliran tertentu sebagai penyebab terorisme. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Relawan SIAP NDan Ucapkan Selamat dan Sukses Atas Ditunjuknya Dandan Maju Calon Walikota Bandung

Nasib Pilkada Garut 2024 dalam Situasi Integritas KPUD Dipertanyakan Publik

Garut Membutuhkan Pemimpin Berjiwa Enterpreneur Government