Dahulukan Adab, Baru Ilmu

 


Oleh Idat Mustari*


NEWSLETTERJABAR.COM-- Dalam pandangan ajaran Islam semua manusia itu sama kedudukannya di mata Allah, kecuali taqwa. Namun tidak berarti kedudukan yang sama lantas kemudian melupakan adab yang secara bahasa artinya adalah kesopanan, tingkah laku yang baik, kehalusan budi dan tata susila.


Adab juga berarti pengajaran dan pendidikan yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya Allah telah mendidikku dengan adab yang baik dan jadilah pendidikan adabku istimewa".


Adab yang baik itu adalah ahlaq mulia. Ahlaq mulia itulah yang menjadi misi Nabi Saw. hadir di muka bumi, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”


Ahlaq mulia itu mengajarkan bagaimana ucap, sikap, laku manusia sesuai kedudukannya. "Rasulullah Saw. menyuruh kita agar menghormati manusia sesuai dengan kedudukannya” (HR.Muslim).


Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut, “Tidaklah seorang anak muda yang memuliakan orang tua karena ketuaannya, melainkan Allah akan mengadakan baginya orang yang akan memuliakan dia setelah tuanya”. (HR. Tarmizi ).


Kenapa orang Sunda banyak memeluk ajaran islam, sebab ada kesamaan ajaran Sunda dalam hal adab seperti ajaran Islam.


Di masyarakat Sunda sama seperti hadis nabi di atas yang mengajarkan tatakrama berdasarkan umur, hingga dalam bahasa Sunda terdapat kata sandang kang', 'ceu', "teh’ yang diterapkan untuk menyapa kepada yang lebih tua, dan kepada yang lebih muda ‘yi',  'ki adi’.


Siapapun bila umurnya lebih tua dari kita, maka harus mendapat prioritas tatakrama, meskipun orang itu seorang pelayan/pramuwisma. Maka digunakan pula kata sandang (honorifik): Aki, Nini, Ua, Emang, Bibi, Akang, Ceuceu, Nyai, Ujang, Asep, dsb.


Adab sunda bukan saja dibedakan dengan kata sandang dalam cara untuk  memanggil, baik dari yang muda kepada yang lebih tua maupun dari yang tua kepada yang muda, tetapi juga disempurnakan dengan pilihan kata, lagam berbicara (lagu bicara, irama) yang dalam bahasa Sunda disebut  lentong, serta sikap tubuh (body leanguage: kinesik, gesturd) yang dalam bahasa sunda disebut rengkuh, termasuk roman muka (pasemon).


Kalangan tasawuf sangat memperhatikan adab. Adab antara murid ke guru. Adab berteman dan adab-adab lainnya. Bahkan yang pertama diajarkan kepada seorang murid  bukan ilmu, melainkan adab.


Ibnul Mubarok berkata,”Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”


Imam Malik juga pernah berkata, “Dulu ibuku menyuruhku untuk duduk bermajelis dengan Robi’ah Ibnu Abi ‘Abdirrahman -seorang fakih di kota Madinah di masanya-. Ibuku berkata, Pelajarilah adab darinya sebelum mengambil ilmunya.”


Sekarang sepertinya nasehat para ulama dahulukan adab baru ilmu seperti terlupakan. Hingga ada orang belajar ilmu agama tapi lupa bab adab.


Hapalan hadis banyak; Ilmu Tauhid paham; baca Qur'an fasih tapi tingkah laku kepada orangtua,  guru, kepada yang lebih tua (salhuhureun), atau kepada yang muda (sahandapeun) jauh dari adab (ahlaqul karimah).


Rasa-rasanya sebaiknya kita mengembalikan ajaran para ulama dulu yakni, Dahulukan Adab, Baru Ilmu.
Wallahu’alam. (*)


*Pemerhati Sosial, Agama dan Advokat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Relawan SIAP NDan Ucapkan Selamat dan Sukses Atas Ditunjuknya Dandan Maju Calon Walikota Bandung

Nasib Pilkada Garut 2024 dalam Situasi Integritas KPUD Dipertanyakan Publik

Garut Membutuhkan Pemimpin Berjiwa Enterpreneur Government