Masuk Surga karena Kalimah Tauhid
Oleh H Derajat
Sumber :
https://pasulukanlokagandasasmita.com/masuk-surga-dengan-kalimat-tauhid/
Prolog: Jangan pernah ragukan kekuatan kalimah Tauhid
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
_"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“._
Sahabatku yang semoga Allah ta'ala memuliakan engkau di dunia maupun di akhirat kelak.
Bimbinglah kaum muslimin dengan talqin kalimah tauhid ketika menghadapi sakaratul maut; ketahuilah tidaklah mudah seseorang mengucapkan kalimah sakral tersebut ketika menghadapi sakaratul maut. Jangankan ketika menghadapi guncangan sakaratul maut wong namanya orang kaget ketika tersandung saja kalimat yang terlontar berbeda-beda. Maka yakinilah bahwa hadist Rasulullah itu benar adanya, dan yakinilah hanya orang yang terbimbing qalbunya saja yang ringan mengucapkan dan membiasakan berdzikir.
Sahabatku terkasih, diantara sekian banyak kalimat dzikir yang suci dalam syariat Islam, satu yang dianggap paling utama ialah kalimat Tauhid *Lâ Ilâha illâ Allâh* (Tiada Tuhan selain Allah).
Kalimat tersebut merupakan penegasan dari seorang makhluk tentang ketiadaan apapun untuk dia sembah kecuali Allah SWT.
Begitu pentingnya kalimat ini dalam syariat Islam, sampai-sampai dalam suatu kesempatan Rasulullah SAW pernah menyatakan:
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ دَخَلَ الجَنَّةَ
_”Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘Lâ Ilâha illâ Allâh’ (Tiada Tuhan Selain Allah) maka dia akan masuk surga”_ (HR. Abu Daud)
Dengan mendasarkan pada hadits diatas, sudah menjadi tradisi khususnya di Indonesia, jika ada seseorang yang sedang sakaratul maut, maka anggota keluarganya akan menemani dan menuntun pembacaan kalimat tauhid.
Pertanyaan yang muncul kemudian ialah apakah pengucapan kalimat tauhid di akhir hayat benar-benar akan menghapuskan dosa sehingga seseorang seseorang bisa otomatis bisa masuk surga? Sementara di dalam sebuah ayat disebutkan bahwa setiap orang akan dibalas sesuai dengan amal perbuatannya;
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”_ (QS. Az-Zalzalah: 7-8)
Sekilas, sepertinya terjadi pertentangan antara dua dalil diatas, dalil pertama menunjukkan bahwa pengucapan kalimat tauhid di akhir hayat akan membuat seseorang otomatis masuk surga, sementara dalil kedua menunjukkan bahwa bagaimanapun seseorang akan diganjar sesuai dengan amalannya ketika di dunia.
Dalam ilmu Ushul Fiqh, dikenal konsep bahwa apabila terjadi kesan pertentangan antara dua dalil, maka perlu dilakukan *al-jam’u bainahumâ* (menemukan titik temu antara keduanya).
Syeikh Jamal dalam kitab Hasyiyah al-Jamal (j. 3 h. 92) menukil pendapat Imam Ibnu Subki yang menjelaskan titik temu kedua dalil tersebut. Beliau menjelaskan bahwa pada dasarnya semua orang akan dibalas sesuai dengan perbuatannya. Namun demikian, Allah memiliki hak untuk memberikan ampunan terhadap orang tersebut ataupun tidak.
Dengan demikian, keutamaan hadits di atas adalah sebagai pertanda bahwa orang yang akhir hayatnya mengucapkan kalimat tauhid merupakan ciri orang yang mendapatkan ampunan Allah atas dosa-dosanya sehingga dia akan masuk surga secara pasti.
Lisan seseorang yang dosa-dosanya diampuni oleh Allah ketika menghadapi sakaratul maut akan terbimbing untuk mengucapkan kalimat tauhid. Titik tumpunya pada pikirannya sendiri yang telah meramu ucapannya sehingga ia mengucapkan kalimat tauhid. _Ucapannya mencerminkan pikirannya.
Sahabatku terkasih, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan membimbing lisan kita hingga mampu mengucapkan kalimat tauhid menjelang kematian kita.
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ، آمِيْنَ يَا مُجِيْبَ السَّآئِلِيْنَ .
“Wahai Zat yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri dengan Sendirinya. Dengan rahmat-Mu, kami memohon pertolongan kepada-Mu, perbaikilah segala urusan kami dan janganlah Engkau sandarkan urusan tersebut pada diri kami walaupun hanya sekejap mata, âmîn yâ Mujîbas Sâilîn”. (*)
Komentar
Posting Komentar