Cikajang Garut Memiliki Keunggulan Komparatif bagi Pengembangan Tanaman Pemanis Stevia
GARUT, NEWSLETTERJABAR.COM-- Kebutuhan manusia akan gula sebagai bahan makanan rasa manis terbukti sangat tinggi. Akan tetapi konsumsi gula secara berlebih diketahui dapat menimbulkan masalah, seperti obesitas dan diabetes mellitus. Karena itu, dibutuhkan alternatif pemanis pengganti gula yang tidak memiliki dampak buruk terhadap kesehatan.
Disebutkan, salah satu pilihan pengganti gula tersebut adalah stevia.
Terkait itu, baru-baru ini dengan melibatkan beberapa mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Garut (Uniga), yaitu Dinan, Dede, dan Halki, Dosen Faperta Uniga, Ir. Dadi Nurdiana, M.P melaksanakan penelitian terhadap komuditas stivea dalam rangka pengembangan bibit stevia.
Disampaikan Dadi, penelitian terhadap komuditas stevia tersebut dilakukan secara kerjasama dengan pakar Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi Tanaman Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr.rer.nat. Ir. Suseno Amien.
"Pada tahun 2017 beliau membawa 12 genotipe yang diuji secara multilokasi, yaitu di wilayah Kabupaten Bandung, Jatinangor, dan di Desa Mekarjaya Cikajang, Garut," jelas Dadi.
Dijelaskan Dadi, ternyata hasil penelitian yang dilakukan Dr. Suseno beserta dua orang mahasiswa Faperta Uniga (keduanya telah lulus dan diwisuda) tersebut, yang terbaik pertumbuhannya adalah yang di Desa Mekarjaya Cikajang.
"Ya, ini karena sesuai dengan ketinggian tempat; dengan suhu; dan lainnya," ujar Dadi.
Karena itu, lanjut Dadi, mulai pertengahan tahun 2020, dibantu oleh Dede, seorang mahasiswa Faperta UNIGA, dilanjutkan pengujian terhadap 31 genotipe stevia hasil mutasi dan persilangan.
"Intinya kita ingin memilih dari sekian banyak itu mana yang paling bagus untuk dikembangkan," kata Dadi.
"Karena terus terang stevia ini trennya bukannya menurun, melainkan terus meningkat. Berdasarkan pemahaman golongan menengah ke atas, bahwa mereka semakin peduli terhadap kesehatan, terlebih pengujian yang dilakukan di sini, membudidayakan stevia secara organik, dan ini merupakan nilai tambah yang sangat potensial" sambung Dadi.
Dikatakan Dadi, gula tebu bukannya tidak baik tapi dengan konsumsi yang berlebihan, itu justru menjadi masalah.
"Makanya orang sudah mulai beralih ke stevia, yang dilihat dari kemanisannya 300 kali lebih manis daripada gula tebu," jelas Dadi.
“Walau tingkat kemanisannya tinggi, karena kandungan steviol glycosides, teutama steviosid dan rebaudiosid, tetapi stevia sangat rendah kalori," jelas Dadi.
"Bagi orang yang diet, orang yang mengurangi asupan gula, bisa memakai stevia. Bahkan, kalau kita lihat beberapa produk yang terkenal, seperti Tropicana Slim, kecap Bango, dan yang lain, sekarang sudah mulai melirik stevia sebagai pemanisnya," sambung Dadi.
Dilanjutkan Dadi, bahkan dari hasil beberapa penelitian sekarang ini, dikatakan sudah mulai ada temuan-temuan baru bahwa stevia bukan sekedar rendah kalori, melainkan juga memiliki khasiat yang lain.
Dikemukakan Dadi, Di tingkat internasional, Cina masih mendominasi.
"Sebagai Eksportir, Cina masih mendominasi," kata Dadi.
"Nah kita akan berupaya memberikan kontribusi yang lebih signifikan untuk stevia ini. Melihat peluang yang sangat terbuka, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Malang, Jawa Timur; dalam suatu webinar beberapa waktu lalu, mengangkat tema stevia sebagai pemanis, termasuk juga gula bit," papar Dadi.
Sementara itu, kepada dua mahasiswanya, Dinan dan Halki, selaku Dosen, Dadi mencoba menjadikan mereka ambil bagian dari penelitian tersebut. Hal itu dikarenakan permasalahan utama di dalam pengembangan stevia adalah bibit, yang bagi petani, untuk satu hektar lahan butuh sekitar 100.000 ribu bibit.
"Sekarang ini jarang sekali yang bersedia menyediakan bibit. Nah, Dinan dan Halki, serta sebelumnya dua mahasiswa kakak kelasnya, yang telah diwisuda beberapa waktu lalu, berupaya mencoba mencari teknologi yang relatif lebih ramah lingkungan lebih murah tapi bisa memberikan kualitas bibit yang bagus," ungkap Dadi.
Diharapkan Dadi, ke depan perhatian orang terhadap stevia tersebut semakin meningkat.
"Mudah-mudahan ke depan perhatian orang terhadap stevia ini semakin meningkat. Dilihat dari potensi secara ekonomi serta kecocokan lokasi di daerah Cikajang dan sekitarnya yang cukup dingin, dataran tinggi, itu menjadi keunggulan komparatif juga untuk daerah Garut. Ya, itu intinya," tutup Ir. Dadi Nurdiana, M.P. (*)
Editor Toni Gempur
Komentar
Posting Komentar