Pesan Tuhan di Sriwijaya SJ-182


 Oleh Idat Mustari

Pemerhati Sosial dan Keagamaan

NEWSLETTERJABAR.COM-- Di setiap peristiwa selalu ada pesan Tuhan. Begitupun dengan peristiwa kecelakaan Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 sekarang ini. Salah satu pesan-Nya adalah bahwa tidak seorang pun bisa memesan takdir.

Ada kisah-kisah orang yang selamat dari  kecelekaan pesawat seperti yang dialami oleh Rachmawati. Ia orang Mempawah, Kalimantan Barat.

Tiga puluh lima tahun silam, ia pernah jadi Qoriah Internasional. Kini bekerja sebagai pegawai di Kemenag RI.

Sabtu siang, ia sudah bersiap menuju bandara dan hendak terbang ke Pontianak. Tiket sudah dipesan. Pesawatnya Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182. Berangkat pukul 14.00 WIB.

Hanya saja, hasil tes PCR-Swabnya telat keluar. Layanan kesehatan tempatnya tes Covid baru bisa mengeluarkan resume medis Sabtu siang, atau nyaris bertepatan dengan jadwal take off. Rachmawati pasrah. Ia memilih membatalkan keberangkatan, dan memesan tiket maskapai lain untuk terbang Minggu, pagi ini.

Mendadak ia merasa sangat bersyukur. Gara-gara hasil PCR-nya telat keluar, ia terhindari dari tragedi. Tuhan belum melist-nya dalam daftar sebagai korban Sriwijaya Air yang jatuh, Sabtu (9/1) kemarin.

Atma Budi Wirawan punya kisah berbeda. Bersama tujuh anggota keluarganya, mereka sudah memesan dan membeli tiket Sriwijaya Air untuk terbang ke Pontianak, Sabtu siang. Begitu mendengar bahwa semua penumpang yang hendak terbang ke Kalimantan Barat harus mengantongi hasil tes swab Covid-19, Budi dan keluarganya dilema. Delapan orang itu sama dengan 9,6 juta rupiah.

Mereka lalu berembuk. Kesepakatannya, tiket pesawat biarkan hangus. Mereka memilih naik kapal Pelni. Harganya Rp220 perorang, jauh lebih murah dari biaya PCR.
Meski harus melewati perjalanan panjang dan mungkin lelah karena berlayar, opsi itu dipilih demi menghindari tes swab.

Minggu pagi ini, mereka tiba di Pontianak. Mendengar informasi soal tragedi Sriwijaya Air, semuanya tertegun. Andai tetap ngotot untuk terbang dan tidak mempersolkan biaya tes swab, bisa saja situasinya berbeda bagi mereka.

Kisah itu nyata bukan dongeng atau cerita fiksi. kisah dari orang-orang yang lolos dari maut sekaligus  cerminan bagi kita semua, bahwa takdir memang tidak bisa diundur dan tidak bisa dimajukan. Sebagaimana dalam Firman-Nya: "Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka_ _tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya”_ QS. Al-A-raf : 34

Masing-masing dari kita hanya sedang menjalani takdir. Segalanya sudah tertulis di Lauhul Mahfudz. Kita diberi hak untuk berencana dan harapan, namun Allah Yang Menentukannya. Sungguh Dia Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu.

Setiap nyawa manusia berada dalam Genggaman-Nya. Dan Kita tidak tahu kapan, dimana harus mengakhiri perjalanan kita di sini (dunia), namun tentu kita berharap  berakhir dengan Husnul khotimah. Pun untuk semua korban di peristiwa kecelakaan pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182, semoga dalam dekakan Kasih Sayang- Nya. Aamiin Ya Rab. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Relawan Kujang Dewa Ucapkan Selamat dan Sukses, Dedi-Erwan Memimpin Jawa Barat

Pertemuan FORPIS dan Tokoh Masyarakat Garut Bahas Masa Depan Aktivitas Kepemudaan

PKL Juara dan Gabungan Ormas se-Kota Bandung Satu Tekad, Bergema Dukung Dandan-Arif