Tidak Semua Aset Bangsa dapat Ditransaksikan dengan Uang


GARUT, NEWSLETTERJABAR.COM-- Setelah Cagar Budaya Jatigede, 5 tahun yang lalu dikorbankan demi pembangunan waduk untuk kebutuhan sebagian besar energi listrik melalui PLTA dengan luas genangan 4-5 ribu hektar, kini, Cagar Alam Gunung Papandayan dan Kamojang bernasib sama. Empat ribu hektar sudah diturunkan menjadi Taman Wisata Alam (TWA), lagi-lagi sebagian besar demi kebutuhan energi listrik melalui PLT Panas Bumi.

Demikian dikatakan Ketua Komunitas Peduli Lingkungan Hidup Bela Alam Nusantara (KPLHBAN), Rahmat Leuweung, dalam sebuah unggahan di akun Facebooknya. Senin (07/09/2020)

Dipaparkan dia, dua sumber primer dengan level 'cagar' dalam tatanan budaya Nusantara, khususnya di Jawa Barat, Tanah Pasundan atau Tanah Parahyangan, yang secara kosmologis dipercaya sebagai tanah larang atau tanah suci sebagai tempat bersemayam para dewa, dipaksa bertekuk lutut dihadapan para manusia penyembah tanah kotor (=duniawi semata) dengan prilaku eksploitatif-ekstraktifnya sebagai turunan dari penganut materialisme-sekulerisme-kapitalisme.

"Tidak peduli dengan budaya; kearifan lokal atau adat-istiadat," jelas Rahmat.

Menurut Rahmat, bagi mereka, alam adalah sumber daya yang bisa dieksploitasi dan diekstrak sebesar-besarnya demi pembangunan ekonomi.

"Istilah buyut atau larangan hanyalah karangan belaka. Istilah pamali hanyalah ilusi semata," terang Rahmat.

Batasi prilaku budaya, lanjut Rahmat, hanya pada aktivitas material, sebatas tontonan, hiburan (entertainment) bukan sebuah tuntunan, ide, gagasan apalagi sebuah ideologi cinta kasih terhadap tanah air, bangsa dan negara.

"Untuk aktivitas kebudayaan seperti itu, perusahaan ekstraktif siap menjadi sponsor dengan iming-iming dana fantantis," ujar dia.

Rahmat juga menjelaskan, listrik bagi mayoritas masyarakat memang sudah menjadi kebutuhan primer, tetapi tidaklah elok jika harus menghilangkan semua aset berharga bangsa ini.

Ditegaskan Rahmat, jika listrik dibangun demi keadilan ekonomi, maka tidak akan terjadi rentetan peristiwa di atas.

"Tidak semua aset bangsa ini dapat ditransaksikan dengan uang atau rupiah," tandas Rahmat Leuweung. (*)

#tepungtaunkalimaJatigede20152020
#rahmatleuweung2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Relawan SIAP NDan Ucapkan Selamat dan Sukses Atas Ditunjuknya Dandan Maju Calon Walikota Bandung

Nasib Pilkada Garut 2024 dalam Situasi Integritas KPUD Dipertanyakan Publik

Garut Membutuhkan Pemimpin Berjiwa Enterpreneur Government