Pertunjukan Hutbah Munggaran di Pajajaran
GARUT, NEWSLETTERJABAR.COM-- Komunitas Budaya Posstheatron Garut (KBPG) bersama Himpunan Sastrawan Dramawan Garut (HISDRAGA) mengajukan usulan pentas karya kreatif inovatif berupa pertunjukan drama yang berjudul Hutbah Munggaran di Pajajaran.
Koordinator acara, Acep, mengatakan,
pengusulan tersebut dengan dukungan Pemerintah Daerah melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Kabupaten Garut dan didukung Pemerintah dengan program Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK) Tahap I 2020 Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kubudayaan RI.
"Naskah karya Yus Rusyana dengan Sutradara Ari KPIN, menurut rencana akan digelar pada 24, 25, 26 Oktober 2020 di Jagat Pentas Padepokan Sobarnas Martawijaya. Jl. Raya Cipanas, Kampung Tegalsari Rt 004 RW 004,
Desa Langensari, Tarogong Kaler Garut," jelas Acep.
Dikatakan Acep, Komunitas Budaya Posstheatron Garut (KBPG) pada 2018 menjadi sub-Sektor Unggulan tim Uji petik PMK3I (BEKRAF) dan menjadi bagian dari Peta Ekosistem Ekraf Nasional menggelar pertunjukan Hutbah Munggaran di Pajajaran.
"Karya Yus Rusyana dengan konsep menggabungkan sejarah, dongeng dan babad tentang Kean Santang yang menyebarkan agama Islam di Pajajaran dipentaskan dalam bahasa Sunda klasik," jelas dia.
Penting untuk diketahui masyarakat luas, papar Acep, ada sudut pandang lain tentang kerajaan Pajajaran dengan Islam, sesuai pengalaman panjang pengarang dalam meriset cerita tutur di Jawa Barat.
Di lain pihak, lanjut Acep, drama yang menyajikan gaya tutur bahasa Sunda klasik sebagai kendaraan komunikasinya, memungkin akan ada jarak komunikasi antara pertunjukan dengan apresiator.
"Untuk hal itu kami membuat strategi untuk mengolah visual, video mapping dan keterampilan, gerak tari, pencak silat dalam pertunjukan ini, sebagai jembatan komunikasi antara pertunjukan dan apresiatornya," papar Acep.
"Sesuai dengan target pemerintah agar nilai-nilai kesenian dan kebudayaan dapat menjadi soft diplomacy dan soft power."
"Agar terjadi transfer pengetahuan antara pelaku kesenian dan kebudayaan dengan publik luas sebagaimana yang kami usulkan yaitu pertunjukan Kreatif Inovatif," tambah dia.
Acep juga menjelaskan, tujuan dari pertunjukan tersebut adalah, selain membuat karya Inovatif bertemakan Budaya, dengan hasil akhir pertunjukan dan sinema teater dalam bentuk film, memberikan alternatif wacana terkait Kean Santang dan Raja Pajajaran, melestarikan budaya dan Bahasa Sunda, juga menciptakan pertunjukan yang berkarakter.
Sementara Manfaat yang diharapkan dari kegiatan FBK yang diusulkan yaitu terciptanya pertunjukan inovatif berbasis budaya, yang kuat secara nilai estetika dan pariwisata. Memiliki Video dokumentasi pertunjukan bernilai sinematik yang baik, bangkitnya gairah pelaku seni dan budaya dalam menggali kearifan lokal serta bangkitnya semangat pelaku seni untuk melakukan ekplorasi dan eksperimentasi karya berbasis riset budaya
Di sisi lain, bidang kebudayaan yang lebih mengedepankan kreativitas secara kolektif. Meski di masa pandemi Covid-19 aktifitas pelakunya menjadi sangat terbatas, namun kami tetap mencoba berkreasi dengan kemampuan/ keahlian yang kami miliki. Didukung oleh kurang lebih 60 pemain baik aktor, pemusik, tari dan silat pertunjukan ini mendapat apresiasi oleh masyarakat.
Penanganan dampak ekonomi dan penyediaan jaring pengaman sosial yang menjadi prioritas pemerintah selain penanganan kesehatan diharapkan dapat menyentuh bidang kebudayaan terutama untuk penangulangan perekonomian komunitas/pelaku budaya kelas menegah ke bawah yang saat ini dapat dikatagorikan sebagai kelompok masyarakat terdampak.
"Kegiatan ini karena dilaksanakan pada pandemi Covid-19 tentu saja kami menerapkan protokol kesehatan dengan menyediakan tempat cuci tangan, hand sanitizer dan penonton harus menggunakan masker dengan kursi yang berjarak dalam mengapresiasinya," pungkas Acep. (Rizal)
Komentar
Posting Komentar