The Sick Leader

Oleh : 
Dudung Nurullah Koswara
(Kepala SMAN1 Parungpanjang Dan Ketua PB PGRI)

NEWSLETTERJABAR.COM-- Sering Saya katakan bahwa para pembaharu dan pemimpin pembawa perubahan itu cenderung lahir dari golongan menengah ke atas. Golongan wong cilik yang masih berkutat pada kepentingan perut dan tuntutan kemiskinan keluarga tak pernah tercatat dalam sejarah sebagai pemimpin. Pemimpin lahir dari pribadi  dan keluarga terhormat, biasanya demikian.

Pendidikan menjadi jalan tercepat yang akan mampu melahirkan sejumlah pemimpin. Pada masa lalu orang yang bisa mengenyam pemdidikan  hanyaah dari golongan bangsawan lagi dan lagi golongan bangsawan, darah biru dan ningratlah yang bisa  mengenyam pendidikan dengan baik. Maka tidak heran kemudian dari golongan inilah lahir para pembaharu.

Bung Karno, Bung Hatta, KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asyari, RA Kartini dan sejumlah tokoh nasional lainnya adalah kaum terdidik. Mereka dari golongan ekonomi mampu bahkan keturunan darah biru.  Di zaman Belanda tidak ada wong jelata bisa jadi sarjana bahkan bisa menjadi pelajar jenjang pendidikan menengah. Hanya bangsawan!

Ada satu sisi negatif bawaan dari  sejumlah  pemimpin  yang datang dari darah biru. Nuansa kebangsawanan dirinya sejak lahir menyebabkan Ia menjadi bermental majikan.  Sekolah yang eklusif dan keturunan darah birunya masih menempel pada dirinya. Kadang lahir gaya pemimpin yang senang dipuja puji dan meningratkan diri. Ini sisa-sisa zaman kolonialis atau residu birokrasi Belanda.

Pemimpin yang menjaga jarak dan senang disanjung oleh rakyatnya adaah pemimpin bertipe The Sick Leader. Pemimpin bertipe sick leader ini saat ini mulai tak populer. Pemimpin sick leader gugur pasca Jokowi terpilih sebagai Presiden RI. Ia lahir dari wong cilik dan tak terlalu butuh disanjung-sanjung dan diprotokolerisasi.  Kadang para Patwalpres dibuat kelimpungan karena Sang Presiden keluar dari protokolerisasi.

Diantara  ciri  the sick leader  adalah : 1) senang dipuja puji namun Ia minus memuji, 2) gila hormat dan sangat jaga jarak dengan rakyatnya, 3) sulit ditemui dan  membirokrasikan diri, 4) bekerja atas dasar gonimah bukan ibadah, 5) ingin berkuasa melebihi aturan, 6) minus gagasan, solusi dan kontribusi, 7) mengganggap diri paling benar dan otoriter, 8) bawahan tidak boleh  terlihat lebih pintar dan 9) pendendam pada lawan politik.

Pemimpin bertipe sakit ini akan membuat jumudis pada perkembangan organisasi, lembanga, bangsa dan negara.  Sangat berbeda dengan pemimpin yang sehat. Pemimpin yang sehat adalah pemimpin yang jujur, rela berkorban, melayani sepenuh hati, menunduk bukan menanduk,  belajar dari bawahan, mudah mengapresiasi dan memuji, bahagia bila bawahan lebih pintar, berani menderita demi bawahan atau anggota. Tidak mencari nafkah dalam jabatannya melainkan mencari berkah atas dasar ibadah. Pemimpin bertipe ibadah adalah pemimpin yang sudah selesai dengan dirinya. Tanpa beban, kecuali beban Ilahi. Ia malu pada Tuhannya bila bertindak tuna adab.

Pemimpin sehat adalah pemimpin yang sangat memuliakan manusia.  Setiap manusia  bawahannya dengan segala kekurangan dan kelemahannya adalah “PR” baginya untuk memotivasi dan menjadi ladanag ibadah.  Sulit mencari pemimpin yang menjadikan jabatan sebagai ladang ibadah bukan “kebun” gonimah.  Zaman Nabi Muhammad saja para sahabat tetap bernafsu pada gonimah. Bukankah dalam Perang Uhud para sahabat tertipu karena gonimah?

Apalagi di zaman sekarang saat Nabi Muhammad  hanya tinggal ajarannya yang sudah ratusan tahun  berlalu meninggalkan kita. Sahabat Nabi saja bernafsu pada duniawi atau gonimah, apalagi pemimpin sekarang.  Begitu sulit kita menemukan orang atau pemimpin  yang sudah selesai dengan dirinya. Orang yang sudah selesai dengan dirinya dalah orang yang sehat.  Pemimpin yang sehat. Selama birahi, nafsu, ambisi, permufakatan duniawi menggumpal dalam otak pemimpin, selama itu pula rakyat hanya akan jadi korban! (*) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Relawan SIAP NDan Ucapkan Selamat dan Sukses Atas Ditunjuknya Dandan Maju Calon Walikota Bandung

Nasib Pilkada Garut 2024 dalam Situasi Integritas KPUD Dipertanyakan Publik

Garut Membutuhkan Pemimpin Berjiwa Enterpreneur Government