PGRI Selamatkan 64 Kepala Sekolah
Oleh :
Dudung Nurullah Koswara
(Ketua Pengurus Besar PGRI)
NEWSLETTERJABAR.COM-- Ketua Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum (LKBH) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Riau, Taufik Tanjung melalui wawancara dengan Kompas.com, Selasa (4/7/2020).
"Pada intinya saat ini seluruh kepala sekolah SMP negeri di Inhu sudah kembali ke sekolah untuk bekerja sebagai kepala sekolah." Luar biasa PGRI Riau dalam mengadvokasi para kepala sekolah yang “tertindas”.
Sebelumnya Kejaksaan Tinggi (Kejati) Riau melakukan pertemuan dengan 64 kepala sekolah SMP negeri serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Inhu.
Dalam pertemuan itu, pihak Kejati Riau diwakili oleh Asisten Intelijen Raharjo Budi Kisnanto. Ia menyampaikan pernyataan maaf di hadapan para kepala sekolah. Kemudian, meminta kepala sekolah untuk kembali bekerja ke sekolah.
" Kejati Riau keren. Mengapa keren? Karena meminta maaf pada para kepala sekolah. Pejabat yang baik, banyak-banyak minta maaf pada guru.
Menurut LKBH PGRI Taufik Tanjung terkait proses hukum terhadap oknum Kejaksaan Negeri (Kejari) Inhu yang diduga melakukan pemerasan terhadap kepala sekolah tetap berlanjut.
Taufik Tanjung mengatakan, "Salah satu bukti yang dikirim Kejati Riau ke Kejagung adalah rekaman CCTV. Rekaman CCTV pada saat beberapa kepala sekolah datang ke Kejari Inhu menyerahkan uang totalnya Rp 1,4 miliar."
Selanjutkanya Taufik Tanjung mengatakan, “Kita menginginkan institusi kejaksaan memberikan tindakan tegas terhadap oknum-oknum kejaksaan yang melakukan pemerasan tersebut.
Melihat fenomena ini sungguh menjadi wajah buram dunia pendidikan kita. Sungguh tak indah dan jauh dari elok. Sesama aparatur negara berkonflik. Aparatur pendidik bertugas menegakan sukses pendidikan.
Aparatur penegak hukum bertugas sukseskan menegakan hukum. Jangan sampai “jeruk makan jeruk”. Sesama aparatur negara jangan saling tengkar, jaga kehormatan dan profesionalisme profesi.
Setiap orang yang jahat dan melawan hukum harus ditindak. Namun jangan sampai orang tidak jahat ditakut-takuti dan dijadikan ATM.
Bandar narkoba, penjahat kriminal dijadikan ATM tak masalah. Bagaimana mungkin para kepala sekolah yang hakekatnya adalah guru dari semua orang sukses di negeri ini diperas? Tegakah para kepala sekolah diperas?
Faktanya hampir tidak ada seorang kepala sekolah SMP yang kaya raya. Mayoritas hidup normal dan bahkan ada yang pas-pasan karena biaya pendidikan anak dan berbagai hal lainnya. Tegakah “mempermainkan” profesi pendidik?
Sebagai Ketua Pengurus Besar PGRI, Saya salut dan bangga kepada PGRI Riau, khususnya saudara Taufik Tanjung sebagai LKBH PGRI.
Tanpa PGRI dan LKBHnya, mungkin kasus ini akan tersembunyi. Tanpa kekompakan 64 kepala sekolah dengan mengundurkan diri, dunia tidak akan bereaksi.
Faktanya Kejakgung, Kejati turun tangan menangani kasus ini karena menjadi kasus nasional. Ayo para kepala sekolah kompak dan berani suarakan kebenaran, PGRI di setiap daerah siap membantu bahkan siap berdemo. Demo ribuan guru menggunakan batik PGRI akan sangat efektif menyuarakan kebenaran.
Simpulannya mari kita hargai guru, kepala sekolah dengan segala kekurangannya. Biarkan para kepala sekolah mengelola sekolah berbasis MBS. Bukan berbasis ketakutan karena intimidasi dan ATMisasi yang sudah menjadi rahasia umum di mana-mana. Kata Rhoma Irama, “Terlalu…”.
Ya sungguh terlalu! Oknum penegak hukum yang memeras guru dan kepala sekolah adalah anak durhaka. Ia adalah Malin Kundang di era kekinian. Stop mengganggu kepala sekolah! (*)
Komentar
Posting Komentar