Berhikmah atas Risakan terhadap Guru
Oleh: Toni Gempur
Prolog: Tuhan Maha Pengampun atas khilaf dan dosa. Dan dengan kemaha-murahan-Nya, Dia meridhoi insan yang bertobat.
GARUT, NEWSLETTERGARUT.COM-- Kita sama sekali tak bisa memutlakan kebenaran-kebenaran yang ada dalam pendapat kita karena kita bukan Malaikat. Kita juga tak seharusnya menjadi putus harapan karena kesalahan yang terlanjur terjadi.
Tuhan sangat menyenangi hamba yang berhati-hati dalam berfikir dan berucap,
serta Tuhan menyenangi hamba yang berbuat kemaslahatan dan selalu berusaha menciptakan6sehingga menjadi manfaat dan dapat menyamankan khalayak.
Rupanya, paparan di atas patut menjadi acuan atas peristiwa viral terkait unggahan Dede Iskandar, dalam akun Facebooknya, yang bertendensi menghina pihak yang berprofesi sebagai guru.
Nasi telah menjadi bubur. Baik atau buruk sebuah perbuatan atau ucapan memang tak dapat ditarik kembali.
Dede Iskandar, seorang masyarakat biasa dengan profesi kesehariannya sebagai sopir, sangat tidak menyangka jika ucapan yang diunggahnya akan mendapat reaksi keras, khususnya dari para guru sendiri; juga berdampak sangat buruk bagi dirinya sendiri.
"Saya minta maaf atas kesalahan yang saya perbuat. Saya nggak tahu bakal kayak gini jadinya. Saya nggak tahu medsos itu menyebar kemana-mana. Kepada bapak ibu guru yang ada di Kabupaten Garut, khususnya, Jawa Barat dan Indonesia sekali lagi minta maaf yang sebesar-besarnya dari lubuk hati paling dalam,," ungkap Dede saat melakukan klarifikasi serta minta maaf yang dilakukan di Gedung PGRI Garut Jalan Pasundan.
Melihat kepada sikap dan gelagatnya, nampak sekali Dede sangat terpukul dengan kondisi yang dialaminya itu.
Akan tetapi lepas dari kesimpulan atas kondisi permukaan yang dapat disaksikan, apakah Dede Iskandar perlu mendapatkan intimidasi, bahkan tindakan pisik yang kasar yang dengan sadar dan kesengajaan dilakukan.
Dede Iskandar hanya seorang sopir. Lingkungan aktifitasnya jauh dari ritme-ritme pendidikan yang dapat mengarahkan berpikir panjang untuk melakukan sebuah perbuatan.
Dede Iskandar, tanpa dijatuhi sanksi yang kendali atau main hakim sendiri, dia sudah menerima konsekuensi, yakni proses hukum.
Tak perlu lagi pihak-pihak lain bersalin rupa menjadi aparatur hukum yang mampu memberi vonis serta mengeksekusi atas diri Dede Iskandar.
Ya Allah, jangan jadikan hamba pihak yang sengaja mengungkap masalah untuk menjadikan pihak lainnya menjadi sasaran bulan-bulanan tekanan demi syahwat kehormatan serta prestise kedirian.
Ya Allah, jangan jadikan pula hamba pihak yang dengan sengaja mengklaim diri sebagai pihak yang benar padahal dalam diri hamba penuh dengan kesemuan.
Aamiin.
Komentar
Posting Komentar