Seorang Ulama Menjual Para Pejabat Negara
NEWSLETTERGARUT.COM— Adalah Izzudin bin Abdis Salam, Ulama Mesir yang pada masa itu menduduki jabatan hakim tertinggi. Pandangan Izzudin terhadap status para pejabat negara memang sangat berbeda sehingga menyulitkan para pejabat lainnya.
Diambil dari kisah muslim, Izzudin bin Abdis Salam memiliki pandangan, para kepala daerah, pimpinan militer, dan seluruh pejabat bukanlah orang merdeka.
Menurut dia, para pejabat adalah orang-orang yang telah dibeli Sultan dari uang kas negara. Sejak muda mereka belajar bahasa Arab, ilmu-ilmu agama, ketangkasan berkuda, dan ilmu perang, kemudian setelah dewasa, sang sultan menentukan jabatan untuk mereka.
Dengan demikian, menurut sang syaikh para pejabat itu adalah budak-budak yang dijadikan pejabat. Mereka tidak memiliki hak-hak orang merdeka. Mereka tidak dapat menikahi perempuan-perempuan merdeka. Mereka tidak boleh menjual, membeli atau melakukan transaksi kecuali sebagaimana keharusan yang dimiliki budak.
Pendirian sang Syaikh tersebut tak urung membuat para pejabat gundah. Mereka tak bisa melakukan jual beli atau menikah seperti masyarakat umumnya, karena hak mereka disetarakan dengan hak budak.
Menyikapi itu, para pejabat mengadakan rapat dengan wakil sultan yang terkenal temperamental.
Mereka kemudian bertanya kepada Syaikh Izzudin, apa yang harus mereka perbuat.
“Kami akan mengadakan persidangan untuk kalian dan saya akan memanggil kalian untuk dijual demi mengisi kas negara. Dan kemerdekaan kalian semua diperoleh melalui cara syar’i.” Jawab Syaikh tegas.
Mendengar perkataan tersebut, para pejabat bergerak melapor kepada Sultan. Sultanpun meminta Syaikh Izzudin mencabut peraturan tersebut. Akan tetapi sang Syaikh menolaknya.
Karena perbedaan pendapat tersebut, Sultan melontarkan kata-kata kasar yang membuat Syaikh Izzudin marah.
Sang Syaikh kemudian hengkang dengan membawa semua keluarganya menuju Syam.
Di tengah perjalanan, sebagian kaum muslimin penduduk Kairo, baik perempuan, anak-anak, lelaki dewasa, para ulama maupun orang-orang shalih, dan para pedagang, turut keluar menyusul Syaikh.
Mengetahui hal itu, seorang pengawal segera melapor pada sultan.
“Wahai Sultan, ketika Syaikh berangkat, maka lenyaplah kerajaanmu,” lapor sang pengawal dalam nada keluh kesah.
Sultan merasa kaget. Dia lantas bergegas menaiki kudanya dan pergi menyusul Syaikh Izzudin bin Abdis Salam untuk meminta ridha dan melunakkan hatinya.
Sang Syaikh pun bersedia kembali setelah sultan menyetujui para pejabatnya dijual.
Setibanya di Kairo, para yang cemas itu pun dipanggilnya.
“Bagaimana mungkin syaikh ini memanggil kita dan menjual kita padahal kita ini yang menguasai bumi. Demi Allah, saya akan memenggalnya dengan pedang saya ini.” Ujar sang wakil sultan.
Wakil sultan mendatangi Syaikh dengan pedang terhunus. Akan tetapi saat Syaikh keluar dan menatap matanya, dengan izin Allah, wakil sultan menjadi gemetar dan menuruti kehendak Syaikh.
Para pejabat kemudian rela dijual, mereka menebus diri mereka sendiri dengan harta yang mereka peroleh dari jabatan dan semisalnya.
Adalah Izzudin bin Abdis Salam mematok harga mahal untuk para pejabat negara itu.
Adapun hasil penjualannya digunakan untuk kemaslahatan masyarakat banyak demi tegaknya keadilan. (*)
Komentar
Posting Komentar