'Sekali Merdeka tetap Merdeka', dari Sisa Peringatan Kemerdekaan



Oleh: Toni Gempur 

NEWSLETTERJABAR.COM-- Lagu Kebangsaan Indonesia Raya berkumandang. Diawali dengan pengakuan terhadap tanah air, 'Indonesia Tanah Airku, tanah tumpah darahku'; serta diakhiri harapan kekekalan atas eksistensi megara merdeka yang bersatu dan berdaulat, 'Indonesia Raya merdeka merdeka. Hiduplah Indonesia Raya'. 

Bukankah seperti itu, subtansi kebangsaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia? 

'Sekali merdeka tetap merdeka' 
Megah nian kata-kata
itu. Semegah semangat para pejuang kemerdekaan menghujamkan  itikadnya, penuh patriotisme! 

Kini, sepertinya banyak orang yang nyaris sepertinya lunglai dalam keraguan menjalani kemerdekaan ini. 

Wajah mereka nampak pucat-pasi terhisap lelah dari sebab menyaksikan teriak dan jingkrak banyak orang dalam merayakan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia. 

Dalam pikir mereka, 'ntah sungguh semangat - ntah pula sekedar latah'.

Sejauh itu, jangan biarkan benak terjebak ke dalam lingkaran keraguan-raguan akan eksistensi negara dan bangsa kita. Terus tanamkan dedikasi kita semampu dan sejauh jangkauan kita mencapainya. 

Jangan biarkan, setuntas merayakan hari penting ini, bendera berserakan seperti tanpa makna, berciut-kerut terguyur hujan.

Badai sekalipun yang menerpanya, tetaplah berkibar dengan penuh semangat. Kibaran semangat yang bukan sekedar simbol 'euphoria rasa' dari pengejaran cita-cita yang masih 'jauh' tertuntaskan.

Selamat untuk Indonesia. Semoga esok kau tetap ada sebagai negara yang (benar-benar) merdeka.

Selamat juga untuk para jelata pecinta negara dan sodara sebangsa, dan tetap dengan rasa merdekanya.

Dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya, kita layak terilhami serta tergugah untuk merasa perlu merenung agar benar-benar menyadari atas apa yang menjadi gagasan dan tujuan subtansial bertanah air dan berbangsa. 

Hendaknya pula kita berterampil diri menarik benang merah atas apa yang diidealkan para pendahulu kita atas pelaksanaan hidup berkebangsaan dewasa ini.

Mari sejenak kita berdo: 

Ya Allah, kami ini kaum yang Engkau takdirkan menjadi sbuah bangsa, Indonesia. Tiada pula Engkau pastikan tanggal 17 Agustus sebagai hari pembebasan dari belenggu penjajahan, jika tidak ada isyarat di dalamnya yang memiliki  makna skedar kata kemerdekaan semata. 

Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kemerdekaan ini menjadi sisa-sisa karena dimanfaatkan untuk mengulang penjajahan terhadap rakyat dalam rupa baru dan menciptakan feodalis-feodalis dengan intrik politik yang malah makin membikin  rakyat miskin. Aamiin. (*) 

Senja hari di 17 Agustus 2016








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Relawan SIAP NDan Ucapkan Selamat dan Sukses Atas Ditunjuknya Dandan Maju Calon Walikota Bandung

Nasib Pilkada Garut 2024 dalam Situasi Integritas KPUD Dipertanyakan Publik

Garut Membutuhkan Pemimpin Berjiwa Enterpreneur Government